www.indo.com/indonesia/n_sumatera.html


Membaca tulisan “Kalak Karo Enda” di Blog ini, ada tertulis kata kuan-kuanen. Saya teringat akan sebuah tulisan/artikel yang dimuat dalam Majalah warta GBKP Maranatha, tepatnya edisi 189 Januari 2007, yang diterbitkan oleh moderamen Gereja Batak Karo protestan (GBKP). Artikel tersebut berjudul “Lembu Marike Pulah Tambatna”.
Awal artikel diungkapkan mengenai kuan-kuanen. Suku Karo adalah merupakan salah satu suku yang kaya akan kuan-kuanen, peribahasa, kiasan ataupun sejenisnya ungkapan lainnya. Bahkan ada salah satu profesor, Prof. Masri Singarimbun (alm) telah mengumpulkan 1000 kuan-kuanen di dalam bahasa Karo dan dirangkum dalam satu buku.
Hal ini menunjukkan bahwa orang Karo sangat kreatif dalam mengungkapkan sesuatu hal baik yang baik ataupun buruk. Selain itu menunjukkan bahwa masyarakat Karo memiliki karakter suku yang melankolis, “halus”, dan tidak suka to the point seperti etnis Batak lainnya, yang sering kali dicap berkarakter outspoken.
Ada benarnya juga sih menurutku, melankolis dan not to the point. ????
Awal artikel diungkapkan mengenai kuan-kuanen. Suku Karo adalah merupakan salah satu suku yang kaya akan kuan-kuanen, peribahasa, kiasan ataupun sejenisnya ungkapan lainnya. Bahkan ada salah satu profesor, Prof. Masri Singarimbun (alm) telah mengumpulkan 1000 kuan-kuanen di dalam bahasa Karo dan dirangkum dalam satu buku.
Hal ini menunjukkan bahwa orang Karo sangat kreatif dalam mengungkapkan sesuatu hal baik yang baik ataupun buruk. Selain itu menunjukkan bahwa masyarakat Karo memiliki karakter suku yang melankolis, “halus”, dan tidak suka to the point seperti etnis Batak lainnya, yang sering kali dicap berkarakter outspoken.
Ada benarnya juga sih menurutku, melankolis dan not to the point. ????
@Meilinia Diakonia
No comments:
Post a Comment